Rahasia Keberkahan Gontor

 

Seiring dengan bertambahnya umur Pondok Modern Darussalam Gontor, Indonesia. Bertambah pula kemajuan, kiprah dan dedikasinya untuk umat, bangsa Indonesia dan dunia khususnya dalam bidang Pendidikan. Sejak pertama kali dirintisnya Pondok Modern Darussalam Gontor para Pendiri Pondok ini telah berniat untuk mendedikasikan hidupnya dalam dunia Pendidikan Islam. Gontor bukan hanya milik alumni-alumninya, gontor bukan hanya milik keluarga pendirinya, Gontor bukan hanya milik umat Islam di Indonesia. Gontor ialah milik seluruh umat Islam di dunia. Amanah Pondok wakaf ini ada pada seluruh umat Islam di dunia.

“Berdiri diatas dan untuk semua Golongan”
Tri murti Pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor; KH. Zainuddin Fanani, KH. Ahmad Sahal dan KH. Imam Zarkasyi

  Demi meneruskan risalah dakwah Rasulullah SAW dalam bidang Pendidikan. Para guru-guru tulus mengabdikan dirinya untuk berjuang di Pondok Modern Darussalam Gontor. Segala bentuk kemilau dunia yang menggoda ditinggalkannya untuk totalitas fokus pada perjuangan Pondok. Sistem pendidikan yang tidak monoton, menggabungkan antara ilmu agama dan sains. Aneka kegiatan 24 jam mulai dari kepramukaan, Pidato tiga bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia), segala bentuk Perlombaan baik dalam ataupun Luar Negeri telah didesain sedemikian rupa untuk mencetak kader bangsa dibawah pengawasan Pimpinan, Pengasuh dan Dewan Guru yang menetap 24 jam dalam lingkungan Pondok.

“Berjasalah tapi jangan minta jasa”

Salah satu sudut ساحة التأسي Pondok Modern Darussalam Gontor Mlarak, Ponorogo Indonesia. Sumber : @gontorgraphy

Ada rahasia nilai yang dimiliki oleh Pondok Modern Gontor yang masih mengakar hingga saat ini. Keikhalasan para Guru-guru nya untuk berjuang di Pondok 24 jam demi ribuan santri dari seluruh pelosok negeri serta luar negeri (Malaysia, Singapore, Thailand, Australia, Turki, dsb). Nilai keikhlasan yang telah mengakar puluhan tahun ini menurut Dr. H. Dihyatun Masqon MA, dalam Majalah Lentera Edisi II, Juni 2013 bahwa:

 “Istilah keikhlasan sungguh sangat sulit jika hal tersebut diurai dengan definisi bahasa ataupun istilah, karena keikhlasan hanya mampu terjawab dengan tingkah laku dan perilaku atau yang dalam bahasa agama islam disebut sebagai “akhlak”, dari akhlak inilah, seseorang mampu dikatakan ikhlas jika sesuai dengan apa yang termaktub didalam al-qur’an dan as-sunnah. Seseorang yang tingkah lakunya baik dan tidak egois terhadap dirinya dan orang lain, ketika ia berbicara tentang sesuatu yang baik maka hasilnyapun akan ikut baik, hal ini didasarkan pada ucapan yang lahir dari hati dan diiringi dengan ruh keikhlasan yang lahir dari dalam hatinya”.

Disamping itu K.H. Imam Zarkasyi, salah seorang pendiri pondok memiliki pandangan bahwa hal yang paling penting dalam pesantren bukanlah pelajarannya semata-mata, melainkan jiwanya. Jiwa itulah yang akan memelihara kelangsungan hidup pesantren dan menentukan filsafat hidupnya. Dalam Seminar Pondok Pesantren se-Indonesia tahun 1965 di Yogyakarta, K.H. Imam Zarkasyi merumuskan jiwa pesantren itu kepada lima hal yang tertuang dalam Panca Jiwa Pondok Modern. Kelima panca jiwa tersebut adalah:

  1. Keikhlasan,
  2. Kesederhanaan,
  3. Berdikari (berdiri diatas diri sendiri),
  4. Ukhuwah islamiyah dan
  5. Jiwa bebas.

Panca jiwa inilah yang menjadi filsafat hidup Pondok Modern Gontor. Hal inilah yang menarik seorang Menteri Wakaf Mesir Syeikh Hasan Baquri untuk berkunjung ke Pondok Modern Gontor tahun 1956, beliau mengatakan:

“Saya tidak tertarik melihat banyaknya santri di Pondok ini, tetapi yang membuat saya tertarik adalah Pondok Modern Gontor mempunyai jiwa dan falsafat hidup yang akan menjamin kelangsungan hidupnya.”

Semoga keistiqomahan dan keberkahan selalu menyertai langkah perjuangan para Guru dan kawan kami dalam berjuang. Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya sementara, hari ini dan esok perihal bagaimana kita mempersiapkan bekal untuk akhirat kita. Barakumullah wa yassarakumullah..

 

(Ditulis oleh Muna, Mahasiswi BS Islamic Studies IIUI)

Loading