Islamabad- Ahad pagi, 5 Desember 2021 IKPM Pakistan mengadakan Diskusi Bustan Jilid 2 yang berada di taman depan Masjid Umar. Dengan dihadiri lebih kurang 35 orang, acara diawali dengan sarapan bersama sembari menunggu para hadirin tiba.
Pada diskusi kali ini, digelar dalam Bahasa Arab yang mengangkat sebuah topik yaitu “Sejarah Deobandi dan Tradisi Keilmuannya”. Seperti halnya pada diskusi yang lalu, bagian keilmuan IKPM Pakistan menghadirkan seorang pemateri yang berkompeten dalam hal tersebut, ia adalah Maulana Abdul Wajid. Beliau adalah mahasiswa doktoral IIU Islamabad dan salah satu pengajar di Jami’ah Binoria Karachi, Pakistan.
Diskusi dibuka dengan beberapa pertanyaan oleh moderator Rahmat Bimasatria seputar asal-usul Deobandi sebagai pemantik topik pagi itu (5/12). Kemudian pemateri menanggapi dengan explaining Deobandi. Seperti kita ketahui, Deobandi merupakan Organisasi Islam terbesar di kawasan Asia Selatan atau Anak Benua.
”Awal sejarah Deobandi bukanlah kelompok atau firqoh aqidah yang berbeda dari pendahulunya. Kata ini tertuju pada sebuah desa di dekat Delhi dimana terdapat madrasah Ahlus Sunnah bermadzhab Hanafi bernama Ad-Diyoban.” Ujar Maulana Abdul Wajid selaku pemateri.
“Deobandi juga menjadi sebuah potret perlawanan kultural Muslim India menghadapi pengaruh kebudayaan dan keagamaan yang dibawa koloni Inggris” Imbuhnya.
Madrasah Deobandi mengajarkan berbagai macam disiplin ilmu seputar pengetahuan Islam, seperti hukum fiqh, ilmu kalam, sufisme, tafsir, hadits dan tentunya Bahasa Arab.
Lebih lanjut pemateri menjelaskan bahwa sekalipun Deobandi berorientasi madzhab Hanafi yang berkonsep Maturidiyyah dan Asy’ariyah, Deobandi mengajarkan moderatisme dengan penghormatan kepada madzab-madzab lain dalam yurisprudensi Islam.
Akhir sesi, Maulana Abdul Wajid berbagi sedikit cerita unik tentang pengalamannya berkumpul dengan orang-orang Indonesia ketika di Karachi, dan disambut gerau tawa audience yang menyimaknya.
Oleh : Rofi Hamzah Zuhair
Editor : Achmad Fuad Fahmi