Kuliner Khas Pakistan? Hmm, yummy!

Saat kita berada di daerah asing, salah satu hal yang paling mengkhawatirkan adalah masalah makanan. Kira-kira makanan di daerah itu cocok di lidah kita atau tidak ya? Apakah makanan itu halal? Dan sebagainya.

Kalau berbicara tentang Pakistan, maka pertanyaan kedua bisa dijawab dengan pasti. ya, makanan disini insya Allah halal. Karena pakistan negara berpenduduk mayoritas Islam. Tapi untuk pertanyaan pertama…. perlu dideteksi secara pribadi. Aku yang sudah tiga bulan disini pun masih belum bisa benar-benar menyesuaikan diri dengan rasa masakan pakistan. Tapi setidaknya, aku mengetahui beberapa jenis makanan disini. Nah, mari kita bahas..

Naan

Naan adalah roti pipih khas Pakistan. Naan bisa dibilang sebagai makanan pokok negara ini. Di warung makan mana pun, bisa di pastikan ada naan. Bahkan di mall sekalipun. Naan biasanya dimakan dengan kari ayam, dal (masakan kari kacang-kacangan), ayam goreng, dan lain sebagainya sesuai selera masing-masing. Pertama kali aku menginjakkan kaki disini, aku disuguhi naan yang dimakan bersama dal dan ayam goreng. Terus terang saat itu lidahku sama sekali tidak mau menerimanya. Akhirnya aku lebih memilih nasi putih. Tapi sekarang, kalau ada yang menawariku naan, mungkin aku tidak akan menolaknya lagi.

Kebetulan teman di asramaku ada yang pintar membuat naan. Biasanya aku memperhatikan bagaimana cara dia memasak naan ketika kita memasak bersama. Dia telah menyiapkan adonan naan sebelumnya. Mungkin dibiarkan beberapa lama agar lebih mengembang. Ketika sampai didapur, dia hanya perlu minggilingnya hingga tipis. Atau lebih sering memutar dan memukuli adonan itu layaknya membuat pizza. Adonan naan yang pipih langsung dipanggang di atas wajan pipih yang telah diolesi minyak. Terkadang sesekali mereka langsung menaruhnya di atas api. Kalau di mess atau dapur umum, ada mesin khusus pembuat naan. Penjaga hanya perlu memipihkan adonan dan langsung menaruhnya di mesin. Naan yang ada di mess terasa crispy. Aku pernah beberapa kali mencobanya.

Yang unik dari naan adalah, jika semakin lama didiamkan, dia akan semakin mengeras layaknya sandal jepit. Nah, agar tidak terlalu keras, biasanya saat akan dihangatkan, naan dipercikan beberapa tetes air. Atau bahkan ada yang di siram air. Di cafe kampus, ada yang disebut naan goreng. Seperti tepung yang digoreng pipih dan dicampur bawang. Biasanya dimakan dengan saus dan masala (semacam cabe bubuk).

Chai

Chai adalah jenis minuman berupa teh yang dicampur susu. Ini juga merupakan minuman khas disini yang biasa diminum rutin. Tiap pagi sebelum masuk kelas, temanku pasti menyempatkan diri ke kafe untuk sekedar nge-chai. Chai di kafe biasanya berupa susu yang dicampur dengan teh celup. Jadi kadar tehnya bisa diatur sesuai selera masing-masing. Kalau di asrama, biasanya orang-orang pakistan terlebih dahulu menyeduh teh dengan air mendidih diatas kompor kemudian ditambahkan susu botol. Mereka rutin membuatnya setiap sore. Jadi ketika masaknya bersamaan, biasanya ada dialog seperti ini:

Aku : ini chai ya?

Pakistani: iya, kok tau?

Aku: iya lah, aku kan suka chai!!!!

Pakistani: beneran?? Wah.. ok ok, ambil gelasmu. Aku kasih nih.

Nah, enakkan? Padahal aku tidak suka chai karena susunya. Jadi ini biasa aku lakukan untuk temanku yang penggila chai. Lumayan kan dapat chai gratis tiap sore…

Biryani

Aha! Kayaknya ini bisa dibilang salah satu makanan favoritku di kafe. Langganan lah istilahnya.. soalnya biryani itu nasi. Kebayang sendiri  gimana senangnya orang Indonesia kalau ketemu nasi… biryani di kafe biasanya dihidangkan dengan ayam dan raita (semacam yogurt) dan irisan kol. Karena aku tidak suka raita, setiap beli aku pasti bilang, “no rata, aunty!”

Palao

Nah, ini juga sama kayak biryani. Nasi. Bedanya biryani berwarna kekuningan, Palao berwarna kecoklatan. Kalau di kampus, Palao dimakan dengan shami kabab (semacam perkedel daging), kol, dan lagi-lagi raita. Yang terakhir selalu aku lewatkan… kalau di restoran, porsi Palao sangat amat besar dan menunya lebih lengkap. Ditambah ayam dan bawang merah. Tapi tentu aja harganya lebih mahal daripada yang di kafe…

Paratha

Paratha itu menu breakfastnya orang Pakistan. Hampir semua orang Pakistan kalau sarapan pasti makan paratha. Paratha itu berupa naan yang dimakan dengan semacam telur dan daging yang dibentuk seperti perkedel. Biasanya chai menemani ketika orang makan paratha.

Samosa.

Samosa merupakan semacam gorengan berbentuk segitiga berbungkus kulit mirip lumpia. Biasanya isi samosa bermacam-macam tergantung harganya. Ada yang berisi kentang dan daging ayam. Meski hanya gorengan, bentuk samosa lumayan besar. Jadi bisa membuat orang yang memakannya menjadi kenyang meski baru memakan satu.

Pakora

Sama seperti samosa, pakora juga merupakan jenis gorengan. Bisa dibilang pakora adalah segala sesuatu yang dibungkus dengan terigu. Isinya bisa kentang, bawang, atau bayam. Aku suka yang berisi bayam karena mengingatkanku tentang keripik bayam di Indonesia.

Fruit chaat

Fruit chaat bisa dibilang mix fruit. Buah yang ada di dalamnya bermacam-macam. Mulai dari apel, anggur, pisang, dll yang disiram dengan semacam yogurt dan mayonaise yang jelas membuatku eneg. Eneg buatku belum tentu buat yang lainnya. Tapi yang jelas, banyak teman Indonesiaku yang menyukai makanan yang satu ini. Mungkin karena aku tidak suka susu dan turunannya makanya aku tidak suka makanan ini.

Halwa

Halwa ato manisan ini adalah makanan yang wajib bagi orang pakistan ketika ada sebuah perayaan. Manisan itu bisa bermacam-macam. Ada yang namanya ras gula. Bewarna kekuningan. Yang lain ada yang bewarna kecoklatan. Tapi yang mengherankan adalah, kenapa lagi-lagi manisan pun berasa seperti susu. Sedangkan menurut mereka, dalam adonan manisan tersebut sama sekali tidak ada susu. Hm.. ini lumayan tidak adil memang. Temanku dengan semangat menikmati manisan yang ada. Berasa manis dan lembut di mulut. Sedangkan aku, menahan dengan segala rasa untuk tidak memuntahkan secuil manisan yang ada di mulutku.

Yah.. mungkin disini susu amat murah sehingga semua makanannya berbau susu. Dan aku tidak selera. Tapi ini hanya untuk orang-orang aneh seperti aku yang tidak suka susu. Bagi penggila susu, pakistan adalah surga. Sekian yang bisa aku jelaskan tentang makanan disini. Aku akan mengeksploitasi lebih banyak makanan disini. Semoga ada beberapa yang bisa cocok di lidah… Soalnya aku akan hidup cukup lama disini, kalau tidak cepat-cepat beradaptasi dengan makananya, bisa gawat…

Oleh: Juliani Tri Puspitaningrum, mahasiswi BS Economics IIU Islamabad, alumni KMI tahun 2011

Loading