ISLAMABAD- Berdoa merupakan sebuah kebutuhan bagi manusia. Pada hakikatnya, doa adalah ibadah yakni ungkapan dari kesadaran nurani atau perasaan hajat meminta pertolongan dari Allah SWT dan boleh dilakukan setiap waktu dan tempat. Secara bahasa, doa disebut “الدعاء” artinya memanggil, meminta tolong, atau memohon sesuatu. Sedangkan doa menurut pengertian syariat adalah memohon sesuatu atau memohon perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan merendahkan diri dan tunduk kepadaNya. Allah subhanahu wa ta’ala selalu bersama hamba-hambaNya. Seperti firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 186 :
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (al-Baqarah 2:186).”
Pernahkah kita, sudah berdoa dengan sungguh-sungguh, memuji nama-Nya, bershalawat kepada rasul-Nya, dan ditambahi oleh ibadah-ibadah sunnah lainnya dengan niat agar do akita lekas terkabul, tetapi tidak juga mendapat jawaban dari Allah? Nah, sebetulnya, semua doa yang kita panjatkan kepada Allah itu terkabul, lho. Hanya saja ada 3 opsi.
- Ya, Allah kabulkan
- Ya, Allah kabulkan, tetapi Allah akan memberinya di waktu yang tepat, atau
- Ya, tetapi Alla ganti dengan yang lebih baik lagi.
Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa setiap orang yang berdoa pasti terkabulkan tetapi dengan bentuk pengkabulan yang berbeda-beda, terkadang apa yang diminta terkabulkan, atau terkadang diganti dengan sesuatu pemberian lain, sebagaimana hadits dari ‘Ubadah bin Shamit bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Tidak ada seorang muslim di dunia berdoa memohon suatu permohonan melainkan Allah pasti mengabulkannya atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya”. [Fathul Bari 11/98]
Nah, sebetulnya apa sih hal-hal yang bisa membuat doa-doa kita ini seakan tidak dijabah oleh Allah?
Jika kita merasa bahwa doa kita belum terkabulkan, maka kita tidak boleh putus asa. Kita harus ber-husnuzan pada Allah ta’ala dengan terus introspeksi terhadap diri kita sendiri.
Ketika berdoa, kita harus memperhatikan adab-adab berdoa, diantaranya : ikhlash, sungguh-sungguh, khusyuk, penuh kerendahan, dan yakin bahwa doa kita pasti akan dikabulkan (sebagaimana firman Allah di atas). Awalilah doa kita dengan sanjungan kepada Allah ta’ala dan shalawat kepada Nabi-Nya shallallaahu ’alaihi wasallam. Jika masih belum mendapat jawaban dari Allah juga, kita harus mengoreksi diri sendiri, mungkinkah ada hal-hal yang kita lakukan sehingga berpotensi menghambat doa-doa yang telah terlangitkan? Bisa jadi doa kita terhalang karena beberapa faktor, diantaranya :
- Makan dan minum dari yang haram, mengkonsumsi barang haram berupa makanan, minuman, pakaian, dan hasil usaha yang haram.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Wahai manusia, sesungguhnya Allah ta’ala adalah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada para Rasul. Allah ta’ala berfirman : “Hai Rasul-Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang shalih” (QS. Al-Mu’minuun : 51). Dan Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu” (QS. Al-Baqarah : 172). Kemudian Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menceritakan seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut dan berdebu lalu menengadahkan kedua tangannya ke langit seraya berkata,”Ya Rabb..ya Rabb…”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya dari yang haram, dicukupi dari yang haram, maka bagaimana mungkin dikabulkan doanya?” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1015].
- Minta cepat terkabul doa yang akhirnya meninggalkan doa.
Maksudnya disini ialah, kita tergesa-gesa dalam berdoa. Tidak sabaran.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda
“Dikabulkan doa seseorang dari kalian selama ia tidak buru-buru,(dimana) ia berkata : ”Aku sudah berdoa namun belum dikabulkan doaku” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 5981 dan Muslim no. 2735].
“Senantiasa doa seorang hamba akan dikabulkan selama ia tidak berdoa untuk berbuat dosa atau memutuskan silaturahim, dan selama ia tidak meminta dengan tergesa-gesa (isti’jal)”. Ada yang bertanya : “Ya Rasulullah, apa itu isti’jal ?”. Jawab beliau : “Jika seseorang berkata : ‘Aku sudah berdoa, memohon kepada Allah, tetapi Dia belum mengabulkan doaku’. Lalu ia merasa putus asa dan akhirnya meninggalkan doanya tersebut” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2735].
3.Melakukan maksiat dan apa yang diharamkan Allah.
Seorang penyair berkata :
“Bagaimana mungkin kita mengharap terkabulnya doa, sedangkan kita sudah menutup jalannya dengan dosa dan maksiat”.
4.Meninggalkan kewajiban yang diwajibkan oleh Allah.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran atau (kalau tidak kalian lakukan) maka pasti Allah akan menurunkan siksa kepada kalian, hingga kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2169, Al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah 14/3453, dan Ahmad no. 23360. At-Tirmidzi berkata : “Hadits ini hasan”].
5.Berdoa yang isinya mengandung perbuatan dosa atau memutuskan silaturahim.
Dari Abu Said bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Apabila seorang muslim berdoa dan tidak memohon suatu yang berdosa atau pemutusan kerabat kecuali akan diakabulkan oleh Allah salah satu dari tiga ; Akan dikabulkan doanya atau ditunda untuk simpanan di akhirat atau menghilangkan daripadanya keburukan yang semisalnya”.[Musnad Ahmad 3/18. Imam Al-Mundziri mengatakannya Jayyid (bagus) Targhib 2/478].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud “tidak berdoa untuk suatu yang berdosa” artinya berdoa untuk kemaksiatan suatu contoh : “Ya Allah takdirkan aku untuk bisa membunuh si fulan”, sementara si fulan itu tidak berhak dibunuh atau “Ya Allah berilah aku rizki untuk bisa minum khamer” atau “Ya Allah pertemukanlah aku dengan seorang wanita untuk berzina”. Atau berdoa untuk memutuskan silaturrahmi suatu contoh : “Ya Allah jauhkanlah aku dari bapak dan ibuku serta saudaraku” atau doa semisalnya. Doa tersebut pengkhususan terhadap yang umum. Imam Al-Jazri berkata bahwa memutuskan silaturahmi bisa berupa tidak saling menyapa, saling menghalangi dan tidak berbuat baik dengan semua kerabat dan keluarga.
- Tidak bersungguh-sungguh dalam berdoa.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Apabila seseorang dari kamu berdoa dan memohon kepada Allah, janganlah ia mengucapkan : ‘Ya Allah, ampunilah dosaku jika Engkau kehendaki, sayangilah aku jika Engkau kehendaki, dan berilah rizki jika engkau kehendaki ‘. Akan tetapi, ia harus bersungguh-sungguh dalam berdoa. Sesungguhnya Allah berbuat menurut apa yang Ia kehendaki dan tidak ada yang memaksa-Nya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 7026].
- Tidak khusyu’, lalai, dan terkuasai hawa nafsu.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Berdoalah kepada Allah dan kamu yakin akan dikabulkan. Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengabulkan doa orang yang hatinya lalai dan tidak khusyu’ “ [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 3479 dan Al-Hakim no. 1817; hasan lighairihi]
Berikut ini ada nasihat dari ulama kita, Ibnu Athaillah As Sakandary, dalam kitabnya Al Hikam :
“Ditundanya pemberian dari Allah sementara engkau telah menggebu-gebu dalam berdoa, jangan menjadikanmu berputus asa. Allah menjamin mengabulkan doa untukmu sesuai pilihanNya, bukan pilihanmu. Di waktu yang Dia kehendaki, bukan di waktu yang kau kehendaki.”
Wassalamualaikum.